Ulul Albab– Minggu pertama masuk sekolah setelah libur bulan Ramadhan dan hari raya, segenap tenaga pendidik, tenaga kependidikan, karyawan dan wali murid SDS Islam Ulul Albab mengadakan halal bihalal sekaligus pembinaan wali murid dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Acara ini berlangsung di Halaman SDS Islam Ulul Albab pada Sabtu (27/4/2024).

Acara ini dihadiri langsung oleh Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Ulul Albab, Ustadz Dr. Nuruddin, M.Pd.I, Kepala SDS Islam Ulul Albab, Bunda Siti Maisaroh, S.H.I., M.Pd.I, dan Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember sekaligus narasumber pada acara itu, Ustadz Zainul Hakim, S.E.I., M.Pd.I.
Acara dibuka oleh MC, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz Zainal Arifin, S.H. Kemudian penyampaian sambutan oleh Ketua YPI Ulul Albab, Ustadz Nurudin menyampaikan rasa Syukur atas kepercayaan orang tua yang telah menyekolahkan anaknya di Lembaga, baik KB, RA maupun SDS Islam Ulul Albab.
“Alhamdulillah ditahun ajaran baru, saat ini SD membuka tiga kelas yang berjumah 84 siswa. Ini berkat dari kepercayaan wali murid sehingga kami terus melakukan inovasi program agar mutu Lembaga terus meningkat seiring bertambah banyaknya siswa yang mendaftar di sekolah kita. Mohon doanya, agar kami bisa menyesaikan Pembangunan gedung yang juga ditujukan untuk ruang guru, kelas siswa dan aula, ” jelas Ustadz Nuruddin.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan pembacaan shalawat oleh grup Hadrah SDS Islam Ulul Albab. Kemudian sampailah acara inti, yakni mauidhoh hasanah yang disampaikan oleh Ustadz Zainul Hakim, S.EI., M.Pd.I. Sebagai pembuka, beliau menyampaikan tentang amalan tarbiyah kepada Allah yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Hal ini dijelaskan dalam hadist tentang keutamaan berpuasa dan beribadah di bulan Ramadhan.
“ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ yang artinya barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Dalam Riwayat yang sama juga berbunyi مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ yang artinya arangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Kedua hadist tersebut menjelaskan bahwa kita telah menjadi suci, bersih Kembali jika benar-benar melakukan ibadah puasa dan beribadah menghidupkan bulan Ramadhan kemarin,” jelasnya yang juga Dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Sebagai manifestasi menjadi makhluk sosial, dipenghujung bulan Ramadhan umat Islam wajib mengeluarkan zakat fitrah. Ustadz Hakim, sapaan akrabnya juga menjelaskan makna halal bihalal yang terbagi atas dua perspektif, yaitu Sejarah ulama Nusantara dan kisah dalam Al-Qur’an.
“Sejarah mengatakan bahwa setelah Indonesia berhasil Merdeka, banyak lahir komunitas dan organisasi sehingga berpotensi menimbulkan perpecahan. Kemudian Presiden Soekarno sowan kepada Kiai Wahab Hasbullah agar menciptakan istilah baru yang belum ada, bertujuan untuk mengumpulkan seluruh pejabat tinggi hingga lapisan masyarakat. Kiai Wahab lalu menciptakan istilah halal bihalal tersebut. Hingga saat ini, Indonesia adalah negara satu-satunya yang memiliki istilah itu dan telah menjadi tradisi turun menurun setiap hari Raya Idul Fitri,” tutur Ustadz Hakim yang juga tenaga Pengajar Ponpes Darus Sholah Jember.
Dalam perspektif kisah nabi dalam Al-Qur’an, istilah halal bihalal lahir dari doa Nabi Musa yang memiliki kelemahan kurang fashihnya dalam menyampaikan nasihat. Hingga ia meminta agar Allah menunjuk Nabi Harun as. Menjadi nabi yang membantunya menyampaikan risalah kepada Raja Fir’aun. Doa tersebut terdapat pada surah Thaha ayat 28 yang berbunyi رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Dari potongan ayat وَاحْلُلْ yang artinya uraikanlah, ini yang menjadi adopsi kata dari halal bihalal yang bisa dimaknai dengan mengurai sesuatu yg mengikat dan kusut. Diharap bahwa dari kegiatan halal bihalal ini bisa memaafkan dan menghapus segala iri, dengki dan dendam kepada sesama manusia, ” jelasnya.
Dalam korelasinya dengan Pendidikan anak, Ustadz Hakim mengambi ilustrasi tentang perjalanan Siti Hajar mulai dari Shafa ke Marwah hingga 7 kali.
“Filosofi shofa Marwah dalam mendidik anak bahwa perlu adanya perjuangan yang dilaksanakan oleh orang tua maupun guru, dengan harapan agar anak didik bisa menemukan marwah yang sebenarnya dari Sang Maha Pencipta. Sayyidah Siti Hajar berlari hingga 7 kali demi mendapatkan air, tapi nyatanya air keluar dari hentakan kaki bayi Nabi Ismail. Hal ini memberikan Pelajaran bahwa orang tua tugasnya ikhtiar, dan kesuksesan akan datang ke anak kita,”pungkas Ustadz Zainul Hakim.
Acara berlangsung dengan khidmat, kemudian ditutup dengan halal bihalal dan foto bersama.
(Humas)